[Cerpen] Bunga Edelweis Untuk Pristy


Ku pencet nomor hp-nya yang telah kuhafal sejak 5 tahun yang lalu, setelah nada sambung berbunyi, tiba2 terdengar suara lembutnya.

"Halloo... assalamualaikum..."
Sontak gemetar bibirku, alangkah bahagianya aku mendengar suara dari seseorang yg selama ini aku rindukan.

"Wa'alaikumsalam... ini aku Pris, Aldi. Gimana kabarmu...???"
Basa-basiku yg basi membuka percakapan.

"Oh kamu Al, kabarku baik2 aja"
Aku merasakan dingin sikapnya terhadapku, dari dulu dia memang tidak pernah antusias jika berbincang denganku, walau demikian tetap suaranya mampu membuat hidupku sembringah dan berbunga-bunga.

"Pris kenapa sih kamu gak pernah kelihatan dikampus? Kamu cuti yaa...??" Tanya ku lagi mencairkan dingin sikapnya.

"Iya banyak urusan yg harus aku selesaikan" jawabnya singkat.
"Tapi tolong jujur Pris, selama ini kenapa kamu menghindar dariku, sejak aku ungkapkan tentang perasaanku, kamu seakan menjauh dariku..." 
"Aku gak apa-apa kok" jawabnya singkat.

"Tapi kenapa kamu berubah? Kalo kamu memang gak bisa mencintaiku, terus terang saja, aku sadar kok aku ini siapa, bukan menggantung seperti ini...??? Bukankah kamu tau bahwa aku mencintaimu sejak dari SMA, apa kamu tidak pernah mengerti perasaanku...???" Aku mencoba menjelaskan padanya dengan nada yang agak tinggi.

"Aku ngerti Al, tapi..."

"Tapi apa...???" Tandasku.

"Suatu saat kamu mengerti Al" jelasnya dengan nada dingin dan lemah.
"Apa maksudmu Pris...???"
Tiba-tiba "tut tut tut tut..." dia menutup telponnya.

Aku tak menyangka, orang yg selama ini aku puja-puja, aku kagumi begitu angkuhnya tak pernah mau mengerti perasaanku sama sekali.

Padahal maksudku menelponnya hanya ingin menanyakan kabarnya dan aku ingin menemuinya 4 hari lagi tepat dihari ulang tahunnya, tapi sayang sikapnya selalu dingin yang selalu memancing emosiku.

Untuk mendinginkan suasana akupun mengetik SMS untuknya:

"Maaf Pristy, aku gak pernah bermaksud berbicara kasar padamu, aku hanya kangen suaramu, aku hanya ingin sekedar tanya kabar, aku jg ingin ngasih tau, kalo besok aku mau mendaki gunung Slamet, selama 3 hari dan pulangnya aku ingin langsung kerumahmu tepat dihari ulang tahunmu, dan akan aku bawakan bunga edelweis untukmu sebagai ungkapan cintaku yg abadi untukmu, sekali lagi aku minta maaf jika telah menyakiti hatimu"

Yaahh,,, lagi-lagi sms ku tak di balas.
Sedih memang tapi inilah kenyataan.
Dan aku yakin apa kata orang-orang, bahwa cinta itu butuh pengorbanan...

Setelah malam makin larut, tapi mata enggan terpejam, pikiran melayang tanpa tujuan, "bisa gak bisa kudu merem nih, gaswaatt..." gumamku dalam hati.
Dan akhirnya terlelap juga aku dalam mimpi...

*****

Pagi ini, setelah bagun dan merapikan perbekalan yang sudah aku persiapkan beberapa hari sebelumnya. Dan ternyata teman-teman seperjuangan juga sudah menunggu diluar sejak aku belum bangun tadi.
Inilah tiba saatnya untuk bertualang melepas penat dan beban dipikiran.
"Cayooo... Gunung Slamet, i'm cooming... hahahaaa..."

Dan kami berlima melaju dengan naik angkot menuju terminal yang diteruskan dengan naik bus menuju kecamatan Moga kabupaten Pemalang, dan dilanjut ke desa Bambangan kabupaten Purbalingga.


Setelah perjalanan selama hampir 7 jam, akhirnya sampai juga di tempat yg ditunggu-tunggu, basecamp gunung Slamet.
Setelah mengurus perizinan, kamipun langsung mendaki menuju puncak...

*****

Tak terasa 7 jam telah berlalu, langkah kami semakin berat dan nafas semakin tersengal-sengal, kami putuskan untuk beristirahat dan bermalam di pos 7 atau sering disebut pos Samyang Kendit, karena disini pemandangannya sangat indah pas banget untuk mendirikan tenda, apalagi hari sudah mulai gelap.
Setelah tenda berdiri dan yang lain pada sibuk sendiri-sendiri, aku memilih duduk diatas batu besar sambil menikmati pemandangan kota Pemalang dengan lampunya yang kerlap-kerlip, "ooh sungguh indah alam ciptaanMU ini Tuhan,,, disini aku merasakan damai, sedamai suasana malam ini yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota... Subhanallah..." celetukku dalam hati.


Tiba-tiba Tedy sahabatku datang menghapiriku dengan membawa secangkir kopi.
"Ngupi-ngupi dulu lah bro, biar gak tegang kita, join-join secangkir berdua, hahahaa..." gaya khas bicaranya yg sudah tak asing lagi.

"Tau aje lu gw lagi butuh anget-anget" jawabku sambil menerima secangkir kopi.

"Wah perjalanan tadi bener-bener melelahkan ya bro, berasa mau pingsan tadi"
"Iya Ted, gw jg ngos-ngosan serasa dengkul mau copot" sahutku seraya bercanda.

"Hahahaa bisa aja lu... oia Al, sebenarnya ada masalah apa sii, kok gw perhatiin kaya'nya lu masih ada masalah...???" Tedy mencoba mengorek2 masalahku.

"Ah gak ada apa-apa Ted, lu aja kali yg sok teu..." jawabku santai.

"Ah kata siapa, feelingku biasanya gak salah lhoo... jujur aje deh sob, sapa tau gw bisa jadi pendengar yg baik, hehehee" rayu Tedy.

"Iya nih Ted, gw lg ada masalah ama Pristy" terang ku.

"Yah lagi2 maslah Pristy, emang di dunia ini cuma Pristy aja apa...??? Tapi gakpapa, namanya jg cinta... hehehee... ngomong-ngomong masalahnye apa nih...???" Tedy mencoba menghibur.

"Sampe sekarang gak ada jawaban dari do'i Ted, gw udah mulai putus asa..." keluhku.

"Jangan loyo gitu donk bro... cinta itu butuh pengorbanan meeennn..." dia coba memotivasi.

"Iya sii bro, tapi ini perjuangan gw yg terakhir, gw mendaki ini cuma ingin ngasih dia edelweis sebagai kado ulang tahunnya dan sebagai lambang cinta abadiku, kalo dia gak mau nerima juga ya sudahlah, mungkin perjuanganku harus diakhiri..." jelasku sembari menundukan kepala.

"Jangan sedih sob, gw selalu mendukung lu, dan gw yakin lu bakal bisa dapetin  Pristy... okee...???" Tedy mencoba menghiburku lagi.

"Amin... makasih Ted"
"Oiya, yuk kita gabung ama temen2 yg lain, kita ngobrol didepan tenda aja..." ajak nya.
"Yups"

*****

Akhirnya pagi di pos Palawangan ini aku nikmati juga dengan segenap jiwa dan raga...
Dingin udara pagi dan hangat sinar mentari, kombinasi yang tepat untuk menyegarkan otot-otot tubuhku...


Setelah sarapan dan berkemas, kami harus melanjutkan pendakian, dari pos ini ke puncak gak makan waktu lama, kira-kira 1 jam kita akan sampai puncak gunung Slamet.

Dalam perjalananku menggapai puncak, saat nafasku kembali tersengal-tersengal karena melewati terjalnya jalur batu merah, tiba-tiba aku terpleset jatuh, "Braaakk" "uuhh,,, apes sekali aku" Dumelku dalam hati.

Tapi Alhamdulillah aku baik-baik saja dan saat aku ingin bangkit, ternyata tepat didepanku ada pohon edelweis yang mungil, seketika ingatanku terbang menuju satu nama, "Pristy, yaa Pristy satu2nya nama yg ada di hatiku" sebutku dalam hati.

Sebagai seseorang yang mencintai alam, pantang bagiku untuk memetik apapun yg merusak alam, termasuk bunga edelweis yang wanginya khas suasana ketinggian ini,  bunga yang hanya bisa tumbuh di puncak-puncak gunung, bunga yang tak bisa layu dan tetap awet sepanjang masa yang melambangkan keabadian cinta.

Batinku tak ingin memetiknya, tapi cintaku kepada Pristy memaksa jemariku menggelayun untuk memetik setangkai bunga yang indah ini, "maaf sahabatku alam tercinta, bukan maksudku ingin melukai keindahanmu, memang sebagai manusia yang sangat tergantung padamu tak sepantasnya tidak menjaga keutuhanmu, tapi untuk kali ini aku harus memetik sedikit bagian darimu, atas nama cinta, cinta dalam hati yang terdalam" akupun memetik setangkai edelweis.


Setelah pergulatan batin yang lama, kini saatnya pergulatan fisik untuk menggapai puncak gunung Slamet yang kokoh tinggi menjulang.

Setapak demi setapak, keringat peluh berlumuran dengan butir-butir debu yg menempel dikulitku. Akhirnya....


"Allahu Akbar...!!!"
Aku langsung sujud syukur dipuncak tertinggi di Jawa Tengah ini, dengan perjuangan yang panjang akhirnya aku sampai juga di titik ini.
Titik dimana kita merasa kecil dihadapan sang pencipta alam yang maha Besar...
Titik dimana kita bisa menikmati keindahan alam ciptaanNYA yg maha Agung dengan makin mengAgungkan namaNYA...
Titik dimana kita berada ditempat paling tinggi dengan kerendahan hati...
Inilah titik itu, negeri diatas awan...
Indonesia yang sesungguh-sungguhnya...
Bangga, takjub dan rasa syukur menguasai jiwaku...

*****

Setelah sekitar setengah jam kami di puncak, dan puas berfoto-foto ria, akhirnya kami harus turun lewat jalur yang sama ketika mendaki.


Dan rencananya setelah sampai di bawah, kami putuskan menginap di basecamp dulu...
Dengan asumsi keesok paginya akan langsung melakukan perjalanan pulang kerumah dan jika dari basecamp pagi biasanya tidak sampai kemalaman dijalan...

Akhirnya setelah perjalanan naik-turun bus beberapa kali, sampailah kami di kota kelahiran... setelah turun dari bus, Tedy dan temen-temen yang lain pamit memutuskan pulang kerumah masing-masing,

"Oke Sob, gw balik dulu yee.. jemputan udah nunggu tuh, badan jg udah pada pegel2 semua, sampai ketemu lagi yaa,,, makasih perjalanannya... byeee..."
Setelah mereka pulang kerumah masing-masing, tinggalah aku sendiri di halte ini.
Ku rogoh kantong di jaketku, setangkai edelweis seakan mengajakku untuk menghampiri rumah Pristy.

"Yaa, aku harus menepati janjiku, sepulang dari gunung aku ingin langsung menemuinya"
Tak berapa lama berselang, sebuah angkot lewat akupun langsung sigap menyetopnya, akupun langsung naik menuju rumah Pristy...

20 menit berlalu, sampailah aku di gang rumah Pristi, "stop Pir, kiri kiri kiri..." angkotpun langsung berhenti, setelah membayar, kaki ku dengan semangatnya melangkah menyusuri sebuah gang yang agak lebar menuju rumah Pristy, wajah ceria pun muncul walau sehabis lelah mendaki, ini membuktikan bahwa cinta mampu memberi kekuatan lebih pada jiwa-jiwa yg lelah...

Setelah aku berjalan dan hampir sampai dirumah Pristy. 
Sontak jantungku hampir copot...
Ada keramaian dirumah pristy...
Sambil berjalan mendekat, Hatiku terus bertanya-tanya,
"Ada apa ini...??? Ada hajatan apa di rumah Pristy...???
Jika memang ada hajatan, kenapa aku tak diundang...???"

Dueerrr...!!! Bagai pohon tersambar petir, seakan topan langsung memporak-porandakan peradaban di hatiku, serasa kilat menyambar-nyambar tak beraturan, seakan bumi tiba-tiba tergoncang dengan gempa 100 skala richter, seakan semua gunung meletus memuntahkan isi perutnya.
Aku merasakan dunia runtuh seketika.


"Yaa Allah... semoga ini hanya mimpi...!!!" Tengisku dalam hati.
Aku sungguh tak kuasa melihat ini semua, aku bagaikan tamu tak diundang di tengah keramaian.
Kakiku seketika lunglai seakan tulang-belulangku meleleh bagai lava gunung berapi.

Yah ini adalah kenyataan, apapun yang terjadi aku harus tegar menghadapi.

Dengan langkah tertatih aku beranikan mendekat ke rumahnya, aku melihat orang2 sedang membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, aku melihat bendera kuning menghiasi depan rumahnya, aku melihat orang-orang menangis dengan raut wajah sedih memuram..
"Ada apa ini...???" Hatiku terus bertanya-tanya.
"Semoga dugaanku salah...!!!"

Setelah sampai tepat di depan pagar pintu rumahnya semua orang memandangiku, mungkin karena tubuhku yang masih kumel dan berantakan, mungkin karena tas ceril yang masih tergendong di punggungku, mungkin juga....??? Entah apa lah, itu semua tidak bisa merubahku atas tanda tanya besar dibenakku... 
"ada apa ini...???"

Tak lama berselang, nampak seorang ibu berkerudung hitam menggandeng anak kecil umur 11 tahunan. Yaah itu ibunya Pristy dan Della adiknya Pristy, aku mengenal Della karena dia sering ikut Pristy saat aku beberapa kali menemuinya.
Setelah sampai ibu itu menunduk dan mengusap air matanya, dengan wajah sedih beliau berkata sembari terbata-bata:
"Nak ini namanya Aldi yaa...??? Ini ada surat dari Pristy" tanya ibu sembari memberi secarik kertas.
Nampak Della menangis menjerit, aku langsung memeluknya...
Sambil menangis tersedu-sedu ia berkata:
"Kak Pristy bang, kak Pristy pergi bang... huhuhuuu..."

Deeerrr!!!! Lagi-lagi petir menyambar-nyambar di kepalaku... aku shock... hatiku hancur seketika...
Satu-satunya wanita yang aku cintai harus pergi meninggalkanku selama-lamanya...
Ternyata dia telah menyembunyikan sesuatu rahasia yang besar, dia menyembunyikan rasa sakitnya dan dia tidak ingin menyakiti siapapun...

Dan sekarang aku tahu, ternyata waktu aku menelponya sebelum aku mendaki, dia sedang dirumah sakit...
Dan dia menyembunyikan semua ini karena dia tak ingin menyakitiku...
"Ooh Tuhan, betapa mulianya pujaan hatiku ini, tapi mengapa Kau jemput dia begitu cepat....???"

Tanpa bisa berucap apapun, dengan tangan gemetar aku kuatkan untuk bisa membuka secarik kertas yang berisi tulisan tangan dari Pristy:


Dear Aldi yang baik hati,

Aku yakin kau akan datang mencariku, untuk memberi seuntai bunga edelweis seperti yang kamu janjikan padaku, karena aku yakin kamu adalah sosok laki-laki sejati dengan cinta sejatinya, yang pasti tak akan pernah mengingkari janji-janjinya...

Dan maaf seribu maaf, jika selama ini aku telah terlalu sering menyakiti hatimu tanpa pernah memberi penawarnya...
Aku yang selalu membuatmu kecewa tanpa pernah bisa memberimu harapan yang sempurna...

Aku tau yang aku lakuin ini salah, tapi aku yakin semua ini adalah yang terbaik untukmu...
Aku tak ingin kamu merasa kehilanganku saat kamu benar-benar memilikiku...
Dan aku hanya ingin kamu terbiasa hidup, meski tanpa aku disisimu...

Percayalah Al, kita akan ketemu lagi dikeindahan surga, dimana kita bisa menimati kebahagiaan yang abadi... 

Teruslah mendaki gunung-gunung yang tinggi...
Teruslah bertualang di rimba belantara kehidupan...
Dan teruskan langkahmu dengan keyakinan yang kamu miliki...
Agar kelak jika kita bertemu nanti, kamu punya segudang cerita yang akan selalu kamu ceritakan untukku...

Tetaplah rajin belajar Al dan jangan lupakan juga bekal akhiratmu, agar kamu punya bekal untuk menjemputku di surga nanti...

Goodbye my lovely, 
Sejatinya kamulah cinta sejatiku yang selama ini aku rahasiakan...

Salam hangat dariku, Pristy


==============SEKIAN==============

NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...

By: Ahmad Pajali Binzah


*foto-foto diatas hanya ilustrasi, diambil dari koleksi pribadi dan dari berbagai sumber.

===================================

Thanks for reading & sharing Ahmad Pajali Binzah

Previous
« Prev Post
Oldest
You are reading the latest post

5 comments:

  1. gila gan isi surat terakhirnya yang menyentuh banget...

    ReplyDelete
  2. Sumpah kreeeen bangeeeet , sampe merinding baca surat terakhirnya :)

    ReplyDelete
  3. Mengharuhkan tapi dengan senang hati yallah terkejut dengan surat trakhir sebelum pergi semoga kedepan nya bisa mendapatkan yang lebih baik lagi mss hehe

    ReplyDelete

recent posts